Puluhan tahun menjadi pelatih basket membuat Coach  Moses Foresto belajar banyak hal. Mulai dari membibit, membina, hingga membangun pondasi tim basket yang siap berkompetisi. Pelatih Honda DBL Indonesia All-Star 2017 ini juga bercerita ada satu kunci yang krusial dalam membangun sebuah tim. Yakni keserasian.

"Dulu saya terpaku untuk menyatukan tim. Bukan menyerasikan tim. Hasilnya, anak-anak justru berkembang tidak optimal selama berlaga," ujar pria yang akrab disapa Gut Moses ini.

Pelatih berusia 51 tahun ini pun memberikan contoh. Pada dua puluh tahun awal karirnya dalam berlatih, ia terpaku pada pattern yang ia buat. Sehingga, para pemainnya seolah menjadi robot yang ia kendalikan dari pinggir lapangan.

Nyatanya, hal ini justru tidak optimal. Membuat anak-anaknya tidak kreatif. Justru pemainnya merasa terbebani ketika berlatih. Terlebih saat bertanding dengan tekanan yang luar biasa.

"Sekarang, pattern saya lebih fleksibel. Saya lebih percaya kreativitas anak-anak ketika di lapangan. Kerja sama dan chemistry yang dibangun sejak latihan pun bisa terlihat. Bahkan saya sering terkejut melihat perkembangan permainan anak-anak yang meningkat pesat," ujarnya.

Meski begitu, bukan berarti anak asuhnya dibiarkan hanya berlatih pattern 5on5 selama di sekolah. Ia juga kerap memberikan beberapa variasi drill latihan, seperti 2x2 dan 3x3. 

Hal ini belum termasuk dengan program latihan fundamental. Pasalnya, bagi Coach Moses, fundamental tetap krusial. Terlebih untuk para pemain berusia SMP dan SMA.

"Saya hanyalah fasilitator anak-anak dalam mengembangkan kemampuannya. Jadi, Saya hanya membantu bagaimana mereka bisa mengembangkan skill dengan baik. Baik dalam arti presisi untuk timing, dan accuracy untuk cara dan prosedur gerak yg tepat. Selebihnya tinggal diasah dengan repetisi," kata Coach Moses.

 SERIUS : Coach Moses Foresto saat mendampingi tim putri SMAN 2 Banjarmasin. (Source: DBL Indonesia)

Dari sinilah, SMAN 2 Banjarmasin tak pusing dengan proses pembibitan pemain basket. Bahkan, pemain yang baru memegang bola di kelas X pun tidak malu berlatih bersama.

Baginya, jadi seorang pelatih bukan hanya menjadikan timnya juara. Melainkan membuat sebuah bekal yang nantinya akan mereka bawa kemanapun berada.

"Saat melatih kita berhadapan dengan para future leaders. Mereka kan juga calon ayah, ibu, pekerja, hingga calon pemimpin yang kita sebagai pelatih tidak pernah bisa menduga akan kemana dan jadi apa mereka nantinya. Oleh karenanya, sebagai pelatih, kita harus menyiapkan sebuah bekal berupa hal positif yang dibangun dari latihan agar manfaatnya bisa selamanya," tutup Coach Moses. (*)

 

Populer

Biodata Mahalini, Jebolan Indonesian Idol yang akan Tampil di DBL Fest 2024
Berikut Ukuran dan Tinggi Ring Basket yang Sesuai Aturan FIBA
Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
Etnis Marind-Anim: Pewaris Gen ’Raksasa’ dan Postur Atletis
All Out di DBL Camp Kedua, Kenneth Leebron Targetkan All-Star di Tahun Ketiganya