Final Honda DBL with Kopi Good Day 2025 menjadi sejarah baru bagi tim dance SMAN 70 Jakarta (Bulungan Dance Crew atau BDC). Untuk kali pertama, mereka bisa menginjakkan kaki di Indonesia Arena.
Bukan hanya itu. Bulungan Dance Crew juga akhirnya kembali memperoleh predikat Best Five Azarine DBL Dance Competition 2025 Jakarta usai absen selama tiga musim.
Di antara sekumpulan member Bulungan Dance Crew, sosok Dimas Cello Mylano begitu mencuri perhatian. Saya sejatinya sudah memantau Dimas (sapaan karibnya) sejak dirinya menjalani rehearsal bersama Bulungan Dance Crew, tepat sehari sebelum pelaksanaan partai puncak DBL Jakarta 2025.
Selain berkat aksi energiknya di lapangan, kehadiran dirinya sebagai satu-satunya penari laki-laki jelas mengundang sorotan tersendiri. Karena itulah, kami pun penasaran mengenai alasan terbesarnya memilih fokus mendalami dunia yang selama ini lebih lekat dengan perempuan.
Saya, Alifia Kamila, pun tertarik untuk mengenal figurnya lebih dalam. Jelas, suatu kehormatan ketika Dimas dengan tangan terbuka menjalani proses wawancara ini.
Perbincangan kami bermula di backstage. Saat itu, saya sudah menanti kedatangan Dimas di ruang tunggunya.
Hanya berselang beberapa menit, Dimas dan teman-temannya tampak bersenda gurau sembari berjalan memasuki ruang tersebut.
Tak seperti keempat tim lain, mereka diwajibkan untuk hadir lebih awal karena harus mendampingi tim putri SMAN 70 Jakarta yang melantai di Final DBL Jakarta 2025.
Tanpa ragu, saya langsung menghampirinya. Sekilas, ia terlihat terkejut dengan kemunculan saya yang terkesan tiba-tiba. Usai memahami tujuan kami, Dimas pun seketika tersenyum dan menjawab dengan antusias.
”Wah, boleh banget kalau mau wawancara, Kak.”
***
Jumat, 21 November 2025. Hari itu tentu terasa berbeda bagi Dimas bersama rekan-rekan timnya.
Alih-alih bergegas ke sekolah, ia justru mengisi pagi harinya dengan memulai persiapan menuju penampilan Best Five Azarine DBL Dance Competition 2025 Jakarta.
Baca Juga: Fixed! Berikut Best Three Azarine DBL Dance Competition 2025 Jakarta
Mengingat saya baru saja bertemu dengan Dimas, pertanyaan pertama yang langsung terlintas adalah soal bagaimana mereka memulai hari penting itu?
“Kita memutuskan buat kumpul di satu hotel gitu, jadi semua preparation dilakukan di sana. Aku personally datang jam enam pagi, padahal janjiannya jam tujuh. Tapi, dari situ untungnya kita punya waktu yang cukup,” buka Dimas.
Ia memang tiba di Indonesia Arena dengan busana dan riasan yang sudah sepenuhnya lengkap. Jelas saja, saya ingin tahu lebih dalam, siapa sebenarnya penata rias beserta busana mereka?
Satu hal yang masih terekam di memori saya, Bulungan Dance Crew tampil dengan makeup yang benar-benar memukau. Belum lagi, mereka pun memadukan kostum biru mencolok dengan ornamen khas Jawa yang membuat penampilan semakin standout.
“Buat makeup, kita semuanya ngelakuin sendiri. Karena ini kita pertama kalinya, tadi ada bantuan dari orang tua. Mereka datang buat bantu-bantu persiapan juga,” cerita Dimas.
“Menurut kita, itu sangat membantu, apalagi beberapa kan masih ada yang ngerasa takut kayak buat bikin eyeliner gitu. Jadi, kedatangan orang tua tuh bener-bener membantu dan buat menenangkan,” lanjutnya.
Sayangnya, obrolan kami harus tertunda sementara. Panggilan dari LO (liaison officer) sudah terdengar, mengingatkan mereka untuk segera bersiap sebelum naik ke panggung.
Sama sekali tidak tampak raut muka tegang. Dimas melangkah ke luar ruangan dengan mantap.
Saya sendiri mengekor dari belakang. Tentu tidak ingin terlewat pertunjukan Bulungan Dance Crew di Best Five Azarine DBL Dance Competition 2025 Jakarta.
Salut. Satu kata yang tampaknya bisa saya ucapkan bagi Bulungan Dance Crew. Setiap detiknya begitu saya nikmati untuk menyaksikan pertunjukan mereka.
Penampilan tim dance SMAN 70 Jakarta (Bulungan Dance Crew) dalam Best Five Azarine DBL Dance Competition 2025 Jakarta
Apalagi, Bulungan Dance Crew juga menyuguhkan konsep unik yang terinspirasi dari kisah pewayangan Dewi Shinta. Riuh tepuk tangan seketika menggema di Indonesia Arena usai mereka menampilkan gerakan terakhir, sekaligus penanda bahwa aksi tersebut telah usai.
***
Raut wajah lega langsung tergambar di wajah Dimas. Seolah, seluruh perjuangannya selama beberapa bulan terakhir sudah terbayarkan di lantai Indonesia Arena malam itu.
Saya kembali menghampiri Dimas yang tengah memainkan gim online di tablet miliknya. Tanpa perlu mengatakan sepatah kata, ia sudah memahami maksud kemunculan saya dan segera beranjak untuk menghampiri.
Perbincangan kami berlanjut. Namun, ternyata saya salah besar. Di balik ekspresi tenangnya, ia ternyata menyimpan perasaan gugup yang luar biasa.
“Jujur, deg-degan banget. Selain tampil, kita juga harus dampingi tim basket. Meskipun deg-degan, kita harus tetap menjaga mood positif masing-masing. Kalau mood jelek dan dibawa ke panggung, takutnya pesan dari tariannya enggak sampai ke audiens,” ujarnya.
Belum lagi, tekanan yang menghantui sosok kelahiran 2009 itu terasa lebih berat. Sebagai laki-laki, bukan hal mudah untuk menekuni bidang tari yang selama ini identik dengan perempuan.
“Aku harus bisa nyamain level menari dengan teman-teman yang cewek. Coach juga biasanya kasih materi yang bahkan lebih powerful dibandingkan mereka. Jadi, aku kayak harus live up the expectation gitu. Itu yang paling bener-bener susah menurut aku,” tutur Dimas.
Ya, itulah jawaban yang saya cari. Dari “pengakuan” tersebut, pertanyaan yang muncul di benak saya semakin besar.
Lantas, apa motivasi terbesarnya menekuni kiprah sebagai dancer?
Ternyata, jawabannya sederhana. Semua bermula dari program survival asal Korea Selatan.
“Awalnya, aku nonton Street Woman Fighter. Dari situ, aku jadi tahu banyak dancer-dancer ternama, kayak dari Royal Family gitu. Dan, dance mereka bener-bener eksloratif dan bagus. Jadi, very inspiring, makanya aku pengin juga kayak mereka,” ceritanya.
Baca Juga: Drama di Indonesia Arena (Lagi), Jubile Juara Baru DBL Jakarta!
Merasa belum puas. Saya mencoba mengulik lebih jauh soal latar belakang keluarganya.
Harus diakui, tidak sedikit pula orang tua yang menentang keputusan putranya ketika hendak terjun ke dunia tari. Maklum, selama ini stereotip bahwa dance adalah ranah perempuan sudah terlanjur melekat.
“Mereka mendukung aku banget karena emang ada keluargaku yang juga fokus ke seni lain, kayak misal musik. Pastinya, seneng banget karena mereka enggak cuma kasih privilege, tapi juga membiarkan aku eksplor,” tutur Dimas.
Ia kemudian menirukan perkataan kedua orang tuanya. “Mereka bilang ‘oh, kalau emang bagus dan bisa berkembang, lanjutin aja’. Nah, jadi bersyukur sih bisa punya mereka.”
Ada satu hal lain yang saya sangat perhatikan. Ia tidak pernah sekali pun meninggikan dirinya sendiri selama pembicaraan ini berlangsung.
Selalu ada ucapan syukur yang dihanturkan, baik bagi Sang Pencipta maupun kedua orang tuanya yang tidak pernah berhenti menemani setiap langkahnya.
“Aku pastinya menyerahkan hasilnya ke Tuhan. Karena tanpa campur tangan Tuhan, takutnya enggak akan berjalan dengan lancar. Jadi, aku sangat mengandalkan Tuhan.”
Tersisa beberapa jam menjelang pengumuman Best Three Azarine DBL Dance Competition 2025 Jakarta.
Anak kedua dari dua bersaudara itu pamit untuk kembali berkumpul dan menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Ia pun mengaku kalau sudah tidak sabar untuk menikmati beberapa sajian yang tersedia di food tenant.
“Kita mau minum sama jajan dulu di depan. Mau spending time bareng,” ujarnya.
”Oke, nanti kita ketemu lagi setelah pengumuman, ya,” jawab saya.
”Oke, Kak!”
Setelanya, kami pun berpisah. Dimas kembali bergabung dengan timnya, sementara saya melanjutkan untuk bertemu dengan beberapa orang lainnya.
***
Momen yang dinanti telah tiba. Detik-detik menuju pengumuman Best Three Azarine DBL Dance Competition 2025 Jakarta jelas berlangsung menegangkan.
Perwakilan dari kelima tim dance dipanggil untuk berdiri di tengah lapangan. Namun, Dimas memilih untuk menyaksikan momen tersebut melalui siaran langsung di belakang panggung bersama teman-teman lainnya.
“Kenapa enggak ikut ke tengah lapangan?” tanya saya.
“Enggak, Kak. Biar kaptennya aja sama satu temanku yang lain,” ucapnya singkat.
Sorak sorai lantas terdengar ketika nama Bulungan Dance Crew resmi membawa pulang posisi Third Place. Ruangan yang semula diselimuti keheningan langsung dipenuhi oleh kebahagiaan.
Tanpa sadar, saya yang melihatnya pun turut ikut tersenyum. Bahagia yang sungguh terasa menular.
Usai menikmati euforia itu, saya kembali menghampiri Dimas. Ucapan syukur langsung terlontar dari mulutnya.
“Aku sangat amat bersyukur karena tahun lalu kita cuma sampai Best Five di region dan sekarang Puji Tuhan bisa sampai Best Three se-Jakarta. Menurut aku, itu langkah yang amat besar bagi Bulungan Dance Crew, apalagi kita bener-bener dari nol karena enggak ada ekskul modern dance,” ujarnya.
Dimas sangat mengapresiasi kerja keras yang dikerahkan timnya. Sekali lagi, saya mencoba “memancing” agar ia dapat mengunggulkan dirinya sendiri.
“Seberapa puas sih kamu sama penampilan tadi secara pribadi?”
Lagi-lagi, kalimat yang keluar justru menunjukkan kebanggaannya terhadap seluruh anggota Bulungan Dance Crew.
“Aku benar-benar puas karena temen-temen juga bisa tampil lebih lepas dan apa yang kita sudah persiapkan selama ini juga bisa dikeluarkan. Kita bisa memikat orang-orang di sekitar,” jawabnya.
Ia pun menambahkan. “Aku mau mempersembahkan ini ke semua orang yang sudah support. Karena, itu bikin energy boosted selama kita tampil. Terus, aku berterima kasih buat teman-teman tim, this title is ours.”
Sebuah penutup musim yang manis bagi Dimas dan Bulungan Dance Crew. Namun, perjalanan mereka masih akan berlanjut di tahun depan.
Ia sudah berjanji untuk tampil lebih mengesankan di DBL Jakarta 2026. Sekali lagi, congrats and see you next season, Dimas!
Penampilan Best Five Azarine DBL Dance Competition 2025 termasuk dalam rangkaian partai final Honda DBL with Kopi Good Day 2025 Jakarta yang kembali diselenggarakan di Indonesia Arena pada Jumat, 21 November 2025.
Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 digelar di 31 kota dan 22 provinsi se-Indonesia. Setiap tahunnya, DBL Indonesia memilih student athlete terbaik dari masing-masing kota untuk diseleksi menjadi DBL Indonesia All-Star melalui program DBL Camp.
Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 juga menampilkan AZA 3X3 Competition 2025-2026. Semua pertandingan Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 disiarkan live di channel YouTube DBL Play. Dua musim ini DBL didukung oleh produk anak muda, Kopi Good Day.
Baca Juga: Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
Profil dancer ini bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa lakukan scroll dengan double tap)