Hari Pendidikan Nasional selalu menjadi momen istimewa bagi saya—bukan hanya sebagai pelatih, tapi juga sebagai seseorang mengabdi sebagai guru di sekolah. Dunia pendidikan dan dunia olahraga seringkali dipandang berbeda, padahal keduanya punya tujuan yang sama yaitu membentuk karakter dan masa depan generasi muda.
Sebagai pelatih basket dan guru, saya tahu bahwa proses belajar bukan hanya soal nilai akademis, tapi juga soal nilai-nilai hidup seperti: disiplin, kerja keras, tanggung jawab, dan semangat pantang menyerah.
Nilai-nilai inilah yang saya bawa ke lapangan, ke dalam setiap sesi latihan maupun mengajar di kelas.
Di DBL, saya menyaksikan langsung bagaimana olahraga menjadi ruang pendidikan yang luar biasa. Anak-anak belajar memimpin dan dipimpin. Mereka belajar menerima kekalahan, mengelola kemenangan, dan menjaga integritas. Dari sana saya sadar, pembinaan olahraga sejatinya adalah perpanjangan tangan dari dunia pendidikan. Di sinilah pendidikan karakter tumbuh kuat.
Perkembangan pembinaan olahraga saat ini menunjukkan arah yang menggembirakan. Bakat-bakat muda mulai ditangani lebih profesional, sistem kompetisi semakin terstruktur, dan pendekatan pelatih pun makin mengedepankan aspek pendidikan.
Namun, tantangan kita belum selesai. Kita masih perlu menjamin bahwa setiap anak yang bermain, juga belajar. Setiap atlet muda yang berlari, juga berpikir. Dan setiap kemenangan yang diraih, juga membentuk pribadi.
Di Hari Pendidikan Nasional ini, saya ingin mengajak semua pelatih, guru, dan orang tua untuk melihat bahwa setiap peluit, setiap sorakan, dan setiap peluh di lapangan adalah bagian dari proses belajar.
Mari kita terus jadikan olahraga basket sebagai ruang pendidikan yang bermakna, dan jadikan pendidikan sebagai fondasi bagi lahirnya atlet-atlet basket yang cerdas, tangguh, dan berkarakter.
*Tulisan ini ditulis langsung oleh Akbar Sofian, salah satu pelatih dari Bengkulu yang sedang belajar di Kopi Good Day DBL Camp 2025.
