SURABAYA - Penyesalan terbesar Christopher Derian adalah saat ia tak mampu membawa timnya melangkah lebih jauh lagi pada gelaran Honda DBL East Java Series 2019. Sebagai catatan SMA Frateran harus kalah melawan sang juara, SMA St. Louis 1 Surabaya pada fase sweet sixteen. Jelas ia merasa terpukul, sebab ini adalah tahun terakhirnya membela SMA Frateran.
Namun di balik kekalahan itu, Derian sedikit terhibur dengan terpilihnya ke dalam anggota second team Honda DBL East Java Series 2019. Penampilan impresifnya saat membantu SMA Frateran dalam meraih tiap kemenangan jadi sebabnya. Bisa dibilang, ia adalah salah satu pemain kunci dari Frateran musim ini.
Pemain dengan posisi guard ini mampu jadi motor serangan maupun tembok kokoh bagi timnya. Yap, dalam lima kali pertandingan yang ia lalui. Derian berhasil mencetak total 70 poin, 23 rebound, delapan assist, dua block dan lima steal. Penampilan impresifnya di tahun ini adalah sebuah pembuktian bagi mereka yang pernah meremehkan Derian.
Derian yang sudah mengenal dunia basket sejak umur lima tahun. Sejak saat itu ia didampingi sang ayah untuk terus berlatih dan belajar mengolah kemampuannya. Saat menginjak kelas satu Sekolah Dasar, Derian coba mendaftar ke salah satu club basket. Dan hasilnya, Derian ditolak masuk sebab kelebihan berat badan.
Mulai saat itu Derian merasa ingin sekali membuktikan kemampuannya. Ia merasa jika berat badannya itu bukan halangan untuk bisa tampil baik saat bermain basket. Empat tahun berselang, Derian mampu membayar keraguan beberapa orang. Ia berhasil masuk sebuah klub basket dan bertahan hingga sekarang.
Di usianya yang menginjak 17 tahun, Derian tentu makin matang. Hal itu sangat terlihat dari bagaimana aksinya saat di lapangan. Derian mengaku jika semua itu tak terlepas dari dukungan sang ayah dan juga lingkungannya berada. Terutama di klub basket dan sekolah. Sebagai anak yang punya mimpi besar, tentu Derian tak ingin cepat puas.
Bahkan menjelang bergulirnya Honda DBL Camp 2019 nanti, Derian sudah mulai berlatih sejak pertandingan terakhirnya bersama tim SMA Frateran. Seperti yang ia lakukan kemarin (20/10), meskipun hari Minggu yang identik dengan bersantai dan bermain. Tapi hal itu tak berlaku baginya.
Mulai pagi hingga sore ia fokus untuk berlatih agar bisa meningkatkan skillnya. Usai berlatih bersama clubnya, sore hari ia berlatih sendiri guna tetap menjaga performa gemilang. Beberapa materi latihan seperti fisik, dribbling, handling, dan finishing jadi santapannya tiap berlatih sendiri maupun bersama rekannya.
"Saingan waktu Honda DBL Camp nanti pasti sangat berat. Maka dari itu sejauh ini saya latihan terus di sekolah dan di klub agar siap nantinya. Dan juga saya di beri masukan masukan oleh senior saya yang sudah pernah mengikuti camp sebelumnya. Itu yang membuat saya optimis dan bisa menggapai impian supaya bisa lolos ke Amerika," ujar Derian.
Tak hanya itu, Derian juga berterima kasih banyak pada sang ayah yang jadi sosok panutannya selama ini. Sebab dialah orang yang selalu berada di belakang Derian disaat bagaimanapun keadaanya.
Lewat dukungan dan juga kerja keras sang ayah berhasil dalam membentuk Derian menjadi pemain hebat. Terlebih saat Derian terpuruk karena pernah mendapat penolakan semasa kecilnya. Oleh karena itu, Honda DBL Camp adalah kesempatan terakhir bagi Derian sebagai pelajar agar bisa memberikan balasan kepada sang ayah.
"Terima kasih karena sudah terus memberikan support dan pembelajaran hingga saat ini. Honda DBL Camp adalah kesempatan terakhir saya di tahun ini sebagai pelajar. Oleh karena itu saya tak ingin menyiakannya dan terus berjuang hingga mencapai All-Star. Supaya bisa balas kebaikan semua orang termasuk ayah," tutup Derian.(*)
Tiap hari DBL.id akan menampilkan cerita first team dan second team DBL 2019. Kamu ada request? Boleh sampaikan lewat kolom komentar.
Sembari berita lainnya dari DBL.id, yuk cek update informasi terbaru di mainmain.id
