ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Dari Kawangkoan Bryan Melawan Keterbatasan (2)

Mimpi Main di DBL Arena Dibangun dari Lapangan Juanda

Rena Dwi Astuti - 25 April 2024

Ini kisah lanjutan soal sosok Rafaelino Bryan, campers asal SMAN 1 Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara.

Keberhasilan Bryan tembus program pelatihan basket pelajar terbesar di Indonesia, Kopi Good Day DBL Camp 2024, ternyata juga membawanya bertemu kembali dengan mamanya. Yang sudah tiga tahun ini terpisah jarak dan waktu.

Selama ini karena faktor ekonomi, Bryan tinggal di Minahasa. Sedangkan mamanya merantau di Jakarta.

Baca Juga: DBL Camp Menyatukan Bryan dan Mamanya yang Terpisah Jakarta-Minahasa

Bryan sebenarnya sosok yang low profile. Ia sempat tak ingin membagikan kisahnya lebih dalam. Baginya, bisa bertemu dengan mamanya lagi itu sudah sebuah berkah terindah yang diberikan DBL Indonesia.

Namun ketika diyakinkan bahwa kisahnya bisa menjadi motivasi bagi student athlete lainnya yang kini sedang mengejar mimpinya lewat basket, Bryan akhirnya bersedia ceritanya dibagikan untuk pembaca. 

"Semoga cerita hidupku yang dramatis ini bisa menginspirasi anak yang lain, sekaligus sutradara Netflix biar sekalian jadi series," canda cowok kelahiran Malang (Jawa Timur) 13 Februari 2005 itu.

---

Siapa sangka, Bryan yang kini bisa menembus program pelatihan basket pelajar terbesar di Indonesia, DBL Camp ternyata dulunya bukan anak yang hobi bermain basket. 

Seperti kebanyakan anak Surabaya dan sekitarnya, kebanggaan mempunyai klub sepak bola legendaris seperti Persebaya membawa Bryan hobi bermain sepak bola.

Di usia SD hingga beranjak SMP, hampir tiap hari Bryan bermain sepak bola bersama anak-anak sebaya di kampungnya, di Sedati, Sidoarjo.

Suatu ketika, mama Bryan, Vivi Irene Mersie Worotitjan berbicara pada anak laki-laki satu-satunya itu. "Yan, kamu gak pengen main basket ta? Keren loh main basket itu," ujar Vivi pada DBL.id, menirukan ucapannya pada sang buah hatinya ketika itu.

"Saya itu kalau lihat pemain basket suka. Ketok (terlihat) keren gitu loh. Nah, Bryan ini kan anak laki-laki satu-satunya. Semua saudaranya perempuan. Saya sempat kepengen dia juga main basket," cerita perempuan keturunan Minahasa (Sulawesi Utara) yang lahir di Gresik (Jawa Timur) itu.

Awalnya ketika masih SD, Bryan belum begitu tertarik dengan basket. Namun saat masuk SMP di SMP PGRI 7 Sedati, Sidoarjo, Bryan memperlihatkan ketertarikannya dengan memutuskan ikut ekstrakulikuler basket.

"Dia sendiri yang bilang ingin ikut ekstra basket di sekolah," kenang Mama Vivi.

Sebagai anak yang tinggal di sekitar Surabaya, tentu Bryan juga terkena terpaan betapa kerennya kompetisi basket pelajar yang bernama DBL. Apalagi di Surabaya, kompetisi DBL selalu digelar di venue megah bernama DBL Arena.

Bagi orang yang tinggal di Sidoarjo, melintasi Jalan Ahmad Yani itu merupakan jalur utama menuju ke Surabaya. Pun demikian dengan keluarga Bryan. Tiap kali melintasi DBL Arena yang ada di Jalan Ahmad Yani -apalagi ketika ada kompetisi- Bryan terbesit ingin sekali bisa bermain basket di DBL Arena.

"Dari situ dia makin antusias main basket. Dia konsekuen dengan mimpinya itu. Apalagi dia klik dengan pelatih basketnya di SMP yang usianya juga tidak terlalu terlampau jauh," kata perempuan alumnus salah satu kampus negeri di Surabaya itu.

Meskipun punya ekstra basket, tapi fasilitas di SMP PGRI 7 sangat minim. Latihan pun digelar di lapangan Juanda, dekat bandara di Sidoarjo.

"Dia dulu waktu SMP itu gemoy gitu. Badannya gemuk. Tapi karena latihannya rajin, ia kemudian bisa menjaga badannya," kata sang mama.


Foto Bryan ketika masih SD beranjak menuju SMP (Dok. keluarga)

Mama Vivi masih teringat bagaimana anak ketiganya itu seringkali nangis karena menjalani latihan yang berat. "Kukunya itu sampai bocel-bocel (pecah/patah)," kenang Mama Vivi.

Tapi Bryan kecil tak pernah nyerah. "Ketika temannya di sekolah banyak yang mrotol (berhenti ikut latihan), dia makin serius," sambung Mama Vivi.

Coach-nya pun senang dengan Bryan. Karena teman sebayanya sudah banyak yang tidak aktif latihan, Bryan sering diajak latihan bareng anak SMA atau mahasiswa kenalan pelatihnya.

Selepas lulus SMP, sebenarnya student athlete dengan tinggi 166 cm itu sebenarnya ingin melanjutkan sekolah di Sidoarjo atau Surabaya. Terutama ke sekolah-sekolah yang selama ini rutin mengikuti kompetisi DBL. Agar mimpinya bisa main di DBL Arena bisa terwujud.

Tapi Tuhan berkehendak lain. Musibah terjadi pada keluarga Bryan.

Musibah itu membawa pada ekonomi keluarganya yang makin sulit. Papanya yang sempat terkena stroke, kondisinya makin melemah.

Kondisi itu membuat Bryan dan adiknya terpaksa harus berpindah. Dari Sidoarjo ke Minahasa. Sedangkan dua kakaknya yang sudah mentas dari SMA mencari kesempatan bekerja dengan tetap tinggal di Sidoarjo.

Bryan dan adiknya -yang ketika itu baru masuk SMP- dititipkan untuk diasuh Opa-nya di Kawangkoan, Minahasa.

Kondisi yang sulit membuat orang tua Bryan tak bisa mengantarkan kedua anaknya terbang ke Manado. "Bryan dengan kemandiriannya berangkat sendiri, sambil ngemong adiknya naik pesawat ke Manado. Di sana baru ada yang jemput untuk ke Kawangkoan," kenang Mama Vivi.

Kondisi itu diperparah dengan datangnya pandemi. Di mana banyak orang mendadak mengalami kesulitan luar biasa karena aktivitas yang harus mendadak berhenti.

Setahun tinggal Kawangkoan, Minahasa, pada 2022 kabar duka datang. Papa Bryan, Riza Prahendratmo dipanggil Sang Pencipta. Meninggalkan Bryan untuk selama-lamanya.

Kondisi sulit itu tak membuat Bryan pasrah. Apalagi menyerah. Ia ingin terus menyemai mimpinya. Bisa bermain basket. Bisa membanggakan orang tua. Terutama mamanya yang selalu mendukungnya.

Tangis Bryan selalu pecah ketika ia mengucapkan kalimat, "Ingin membanggakan Mama".

Seperti candaan Bryan yang berharap ceritanya bisa menjadi series, kisah ini akan berlanjut ke tulisan berikutnya. Yang akan tayang Jumat 26 April 2024.

Kami akan melanjutkan kisah bagaimana Bryan menyamai kembali mimpinya bersama sekolah yang selama ini nyaris tak terdengar gempitanya di ajang basket pelajar. Kisah itu akan membawa kita mengingat pepatah: all road lead to Rome.(*)

Profil Rafaelino Bryan selama mengikuti Kopi Good Day DBL Camp 2024 bisa dilihat di halaman di bawah ini (scroll dengan double tab). Atau klik link berikut ini.

Profil Rafaelino Bryan selama mengikuti kompetisi DBL dilihat di halaman di bawah ini (scroll dengan double tab). Atau klik link berikut ini.

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIER
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY