Memasuki usia ke-21 tahun, DBL Indonesia terus membuktikan komitmennya dalam menyediakan ruang, wadah, dan kesempatan bagi para atlet muda untuk berkembang, baik di dalam maupun di luar lapangan. Dampak positif ini tak hanya dirasakan oleh para pemain, tetapi juga oleh keluarga mereka, seperti yang diungkapkan oleh Merlynia Gennyvrisca, ibunda dari Riovaldo Renjiro, pemain dari SMA Bukit Sion Jakarta.
Bagi Riovaldo, atau akrab disapa Rio, DBL telah membuka pintu menuju dunia yang lebih luas. Merlynia mengatakan bahwa DBL memberikan berpengaruh besar untuk anak bungsunya. "Bangka itu kan lingkupnya kecil, dengan Rio pergi ke Jakarta ikut DBL jadi banyak dikenal orang, jadi terkenal," ujarnya.
Rio sendiri merupakan salah satu pemain yang berasal dari Bangka Belitung. Ia rela menetap di Jakarta, jauh dari orang tuanya, demi berpartisipasi di DBL Jakarta. Demi membuka peluang dan mencari kesempatan yang lebih besar dengan mengikuti kompetisi basket pelajar terbesar se-Indonesia ini.
Baca juga: 21 Tahun DBL Indonesia: Let’s Get Loud
Merlynia melanjutkan, pengaruh DBL begitu terasa signifikan ketika Rio dinobatkan sebagai MVP (Most Valuable Player) atau pemain terbaik DBL Jakarta 2024. Tidak hanya itu, Rio juga terseleksi menjadi salah satu bagian dari skuad Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2025.
“Semenjak MVP 2024, dia semakin berkembang dan makin maju. Pertama kalinya All-Star, keluarga terharu, bangga sebagai orang tua, anaknya bisa ke Amerika Serikat ikut DBL All-Star,” kenang Merlynia.
Dampak DBL tidak hanya terbatas pada popularitas atau peningkatan skill Rio. Lebih dari itu, DBL membawa perubahan besar bagi karakter Rio sendiri. Salah satu dampak paling signifikan dari partisipasi Rio di DBL adalah perubahan menjadi pribadi yang lebih mandiri. Merlynia menceritakan perbedaan besar dalam kebiasaan Rio ketika berada di Bangka dan Jakarta.
"Ketika ikut DBL, lebih disiplin dan lebih mandiri. Kalau di Bangka, kita semua yang urusin dia mulai dari jersey sampai sepatu, masih tergantung orang tua. Kalau di Jakarta, dia bisa urus sendiri, pas mau ke Amerika kelihatan, semuanya urus sendiri," jelas Ibu tiga anak tersebut.
Dampak lain juga dirasakan oleh keluarga Rio. Tak sedikit universitas bergengsi di Jakarta mulai menghubungi Merlynia terkait kelanjutan studi anak bungsunya ini. Merlynia mengatakan, ia beberapa kali ditawari oleh universitas-universitas di Jakarta agar Rio bisa melanjutkan studinya di sana.
Hanya saja, Rio dan keluarga belum memutuskan akan berlabuh ke universitas mana. Terlebih, Rio sendiri baru saja naik tingkat ke kelas 12 di tahun ini.
Baca juga: Perjalanan 21 Tahun DBL Indonesia dan Suara Lantang yang Terus Menggema!
“Ada beberapa tawaran universitas yang menghubungi orang tua untuk ngajak Rio, tapi belum ada kepastian. Saya tergantung Rio, kalau dia mau ke Amerika, saya dukung. Tapi belum ada omongan sampai sekarang," kata Merlynia.
Perubahan karakter Rio yang lebih mandiri, sekaligus kemampuan bertandingnya di lapangan, tidak juga memudarkan perhatiannya sebagai Ibu. Pesan-pesan sederhana namun penting masih sering dilontarkan Merlynia kepada putranya.
"Jaga kesehatan, jerseynya jangan lupa, sepatu jangan lupa dibawa, itu-itu terus yang sering diingetin," ujarnya.
Selama 21 tahun, DBL Indonesia telah membuktikan diri sebagai lebih dari sekadar kompetisi basket. DBL tidak hanya memberikan dampak untuk student athlete, melainkan juga kepada keluarga, kerabat, dan seluruh lapisan masyarakat. Dampak yang dirasakan oleh Riovaldo dan keluarganya adalah salah satu contoh dari kehadiran DBL Indonesia.
Hal ini sejalan dengan tema “Let’s Get Loud” yang diusung oleh DBL Indonesia di tahun ke-21. Di usia yang masuk fase dewasa ini DBL Indonesia ingin melibatkan semakin banyak pihak. Bersama-sama berteriak lantang. Bersama-sama mengajak masyarakat untuk bergerak aktif lewat olahraga dan merasakan dampaknya. (*)
