Let’s Get Loud with DBL Indonesia. Tema itu diusung DBL Indonesia untuk ulang tahunnya yang ke-21, tepat 4 Juli 2025.
Di usia yang masuk fase dewasa ini DBL Indonesia ingin melibatkan semakin banyak pihak. Bersama-sama berteriak lantang. Bersama-sama mengajak masyarakat untuk bergerak aktif lewat olahraga
DBL Indonesia mengawali perjalanannya pada 2004 silam lewat penyelenggara kompetisi basket pelajar yang sederhana. Membidik level grassroot dengan fokus pada peningkatan partisipasi.
Lewat kerja keras yang dibangun secara konsisten, kompetisi basket amatir itu ternyata memberi dampak signifikan pada perkembangan olahraga di Indonesia.
Dalam perjalanannya, DBL Indonesia tidak hanya concern pada pengembangan olahraga usia dini di basket. Tapi DBL Indonesia coba berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan cabang-cabang olahraga lainnya. Termasuk bersama PB PASI, DBL Indonesia mengembangkan kompetisi atletik pelajar bernama Student Athletics Championships (SAC) Indonesia.
Kenapa memilih atletik? Karena atletik adalah mother of all sports. Atletik bisa menjadi pondasi untuk menekuni cabang olahraga lain.
DBL Indonesia pun memahami bahwa mengajak masyarakat aktif bergerak harus menyasar semua usia. Dari sana, lahirlah event-event olahraga yang menyasar segmen lebih luas. Salah satunya event lari bernama Green Force Run (GFR).
GFR sendiri sudah berjalan empat tahun ini. GFR 2025 digelar 6 Juli ini dengan melibatkan lebih dari 5 ribu peserta.
Baca Juga: Angel Santoso, Mengubah Stigma "Berisik" Menjadi Sumber Inspirasi
Awalnya GFR dibuat sebagai aktivasi rangkaian ulang tahun Persebaya. Sekaligus ajakan untuk pendukung Persebaya dan masyarakat Surabaya agar lebih aktif bergerak.
Namun dalam perjalanannya, GFR menjadi event lari yang ditunggu-tunggu banyak orang. Jumlah pesertanya tiap tahun meningkat. Lebih dari 40 persen pesertanya berasal dari luar Surabaya. Event ini juga sudah terverifikasi PB PASI, sehingga kategori 21K-nya layak menyandang status half marathon.
Hal yang sama juga dilakukan DBL di olahraga sepeda. Lewat Mainsepeda, DBL Indonesia tidak hanya menggerakan masyarakat untuk aktif bergerak, tapi juga ingin mendorong sport tourism di sejumlah daerah, terutama di Jawa Timur. Beberapa kota telah mengakui event sepeda yang dibuat Mainsepeda punya dampak terhadap okupansi atau tingkat hunian hotel. Juga angka kunjungan pariwisata.
Selain mengajak masyarakat bergerak aktif, DBL Indonesia perlu memperkuat fundamental anak-anak usia dini dalam memahami olahraga. DBL Indonesia melakukan itu dengan mengembangkan DBL Academy.
Untuk mendukung semua aktivitas itu, DBL juga men-develop sepatu. Dimulai dari sepatu basket, casual, kini ke sepatu lari untuk menunjang performa berolahraga.
Menginjak usia 21 tahun, DBL “get louder” dengan mengeluarkan berbagai sepatu. Mulai sepatu fundamental sampai sepatu lari (AZA Run 1 Pygmalion).
Selain itu, di usia 21 tahun ini DBL juga sedang menyiapkan DBL Academy Jakarta. DBL Academy Jakarta dihadirkan bukan hanya untuk menyiapkan fundamental basket, tapi juga olahraga lain.(*)