CEO dan Founder DBL Indonesia, Azrul Ananda, berbicara di hadapan para pengusaha dalam forum Enterprenuer Organization di Studio XXI Pakuwon Trade Center, Sabtu, 6 September 2025. Forum ini dihadiri berbagai macam pengusaha di dunia yang memiliki omset 1-100 juta dollar dalam setahun kalender bisnis mereka.
Acara ini dihadiri 170 pengusaha dari 17 negara. Panitia mengundang Azrul karena dianggap sebagai "local heroes" dari Surabaya yang berhasil go international melalui olahraga.
Di acara itu Azrul membawakan materi berjudul "The Dots are Connecting". Ini adalah materi yang berkesinambungan dengan sebuah materi yang ia bawakan ke publik di 2017 lalu. Kala itu, tajuknya masih "Connecting The Dots".
Yup, berproses selama delapan tahun, Azrul melihat bagaimana titik demi titik perjalanan kehidupan membawanya menjalankan industri sportainment terbesar di Indonesia.
Dots atau titik pertama terjadi di 1993. Momen itu terjadi ketika Azrul berangkat ke Amerika Serikat untuk pertukaran pelajar. Perjalanan yang membawanya ke Ellenwood, Kansas, bertemu dengan orang tua angkatnya, John dan Chris Mohn. Keduanya adalah pemilik surat kabar lokal, latar belakang yang serupa dengan orang tua kandung Azrul di Surabaya, Dahlan Iskan.
Di sana, Azrul terlibat aktif dalam dunia pendidikan dan jurnalisme. Ia menjadi fotografer sekolah dan koran lokal. Di sana ia belajar menulis, memotret, hingga mengelola media.
Di sela waktu, ia bahkan melatih sepak bola untuk anak-anak dan mengenal basket secara tidak sengaja saat memotret tim sekolah.
Azrul Ananda saat melatih sepak bola ke anak-anak kecil, ketika masih tinggal di Kansas, Amerika Serikat.
“Pengalaman di Kansas itu yang membentuk saya. Di sekolah kecil dengan hanya 168 siswa, saya belajar bahwa apa pun yang kita lakukan harus dikerjakan dengan serius,” kenangnya.
Kembali ke Surabaya setelah lulus di 1999, Azrul turut membantu mengembangkan bisnis koran yang sedang dibesarkan oleh ayahnya, Dahlan Iskan. Di koran itu, pria berzodiak Cancer ini menyalurkan ide-idenya. Ide hasil ia "belanja ilmu" di Amerika Serikat.
Salah satu ide yang ia aplikasikan adalah menggagas rubrik khusus anak muda untuk meregenerasi pembaca koran di awal 2000-an.. Saat itu, ide luar biasa tersebut banyak mendatangkan pertentangan. Banyak orang tak yakin dengan ide Azrul.
"Saya memelopori sebuah rubrik anak muda di koran tersebut. Inisiatif ini berkembang pesat, yang pada akhirnya membuat koran kami menjadi surat kabar nomor satu di Indonesia dan memenangkan berbagai penghargaan, termasuk gelar World Young Reader Newspaper of the Year pada 2011 di Wina, Austria ," ujar Azrul.
Ini menjadi dots kedua dalam kehidupan Azrul Ananda. Rubrik anak muda itu berkembang menjadi turnamen basket pelajar, lebih tepatnya untuk SMA.
Awalnya sederhana, ini akan menjadi konten rutin untuk rubrik koran tersebut. Namun, kaerena dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsisten, Developmental Basketball League (DBL) menjadi liga basket pelajar terbesar di Indonesia. Saat ini tersebar di 31 kota, dari Aceh sampai Papua. Tiap tahun diikuti lebih dari 1 juta anak muda.
"Meskipun awalnya hanya sebuah turnamen untuk menghasilkan konten untuk surat kabar, kompetisi ini menjadi peristiwa penting di Jawa Timur. Turnamen ini menggambarkan bagaimana kemampuan beradaptasi dalam pembuatan konten dapat menghasilkan kesuksesan di media," tambah pria kelahiran 1977 ini.
Dalam menjalankan ide-idenya, Azrul selalu berpegang teguh pada pesan kedua orang tuanya. "Beliau tidak pernah mengajarkan untuk mencari uang, atau mencari kesuksesan. Dia berkata 'hal baik akan datang, jangan khawatir tentang itu'. Jika kita serius, hasilnya akan datang sendiri," ujar Azrul.
Dalam perjalanannya, kompetisi DBL sukses diselenggarakan hingga 21 tahun lamanya. Usia yang luar biasa untuk sebuah liga olahraga, utamanya basket di Indonesia. Keberhasilan DBL ini berdampak besar tidak hanya untuk Azrul dan DBL Indonesia, tapi juga untuk basket Indonesia.
Meski Azrul selalu menegaskan bahwa tujuan DBL adalah membangun jiwa profesional untuk para generasi muda Indonesia, tapi kini DBL menjadi kolam utama pemain-pemain basket nasional Indonesia. Alumni DBL tersebar dalam skuad bersejarah Indonesia yang berhasil membawa medali emas di SEA Games 2022 Vietnam (Tim Putra) dan SEA Games 2023 Kamboja (Tim Putri).
Azrul menekankan, ketika awal membuat DBL, tujuannya bukan cuma turnamen. Di dalamnya dirancang bagaimana agar kompetisi itu bisa melahirkan calon-calon pemimpin masa depan.
"Karena kalau dibuat dengan serius, hasilnya tidak hanya untuk bisnis, tapi juga untuk membentuk generasi,” tuturnya.
“Sekarang saya ditunjuk menjadi wakil ketua umum federasi basket Indonesia (Perbasi) dan mereka meminta saya untuk mengatur seluruh kompetisi di Indonesia. Saya memulainya dari liga basket SMA. Dan asal Anda tahu, saya tidak pernah main basket,” ujarnya sambil tersenyum.
Keberhasilan DBL juga membawa Azrul mengkoneksikan dua titik lainnya, sepak bola dan sepeda. Kesuksesan Azrul mengembangkan basket membuat sejumlah orang di Surabaya memintanya mengelola klub legendaris Persebaya.
Setelah dirayu sedemikian rupa berkali-kali, akhirnya Azrul mau mengakuisisi Persebaya pada 2017. Di tahun pertama, Persebaya yang sempat dibekukan di sepak bola Indonesia langsung berhasil menjuarai Liga 2 dan naik ke Liga 1.
Dalam perjalanannya, Persebaya lantas menjadi satu-satunya tim dengan rantai bisnis retail mandiri di Indonesia.
Selain basket dan sepak bola, Azrul Ananda lewat brand Mainsepeda juga mengelola sejumlah event sepeda. Cerita Azrul terjun ke dunia sepeda ini sedikit lebih berbeda dari yang lain. Justru koneksinya kali ini datang dari masalah. Cedera lutut yang membuatnya tak punya opsi lain selain bersepeda dan berenang. Tapi dari sana Azrul berhasil melihat peluang.
“Lari sudah tidak mungkin. Satu-satunya yang bisa saya lakukan adalah bersepeda. Tahun 2011 saya mulai dan saya menemukan cinta baru di situ. Jadi, masalah bisa jadi peluang,” katanya.
Hobinya itu membawanya membangun multiplatform media yang diberi nama Mainsepeda. Menyajikan konten-konten menarik, sekaligus penyelenggara event sepeda ternama di Indonesia.
Mainsepeda saat ini setidaknya memiliki empat event yang rutin digelar. Satu event berkonsep ultra cycling bernama East Java Journey. Dan tiga event lainnya berkonsep KOM (King of Mountain) Challenge, yakni event yang mengajak peserta bersepeda menanjak ke dataran tinggi.
Tiga event KOM Challenge itu dirangkai menjadi sebuah trilogi bernama Mainsepeda Trilogy. Terdiri dari Bromo KOM, Kediri Dholo KOM, dan Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM. Dari ketiga itu, Bromo KOM termasuk event bersepeda terbesar di Indonesia. Setiap tahunnya event ini diikuti ribuan cyclist dari dalam dan luar negeri.
Di akhir sesinya, Azrul menitipkan pesan yang sangat sederhana pada para peserta. Menurutnya, keberhasilan tak datang dari ide besar saja, tetapi dari keseriusan menjalankan setiap langkah, sekecil apa pun.
"Kalau mau melakukan sesuatu, lakukan yang benar, lakukan sepenuh hati. Jangan setengah-setengah. Dari situ, hasilnya akan datang sendiri," pungkasnya.
Azrul Ananda bersama Dimaz Muharri (head coach DBL Academy) mengenalkan DBL Academy pada para pengusaha yang tergabung dalam forum Enterprenuer Organization
Saat ini Azrul Ananda lewat DBL Indonesia juga mengembangkan akademi basket bernama DBL Academy, serta akademi sepak bola dengan nama Persebaya Academy.
Para peserta dari berbagai negara itu kemarin juga diajak melihat langsung aktivitas DBL Academy dan Azawear Store di Pakuwon Trade Center.(*)