Adinda Lubna Azizah tidak bisa menahan rasa sedihnya ketika peluit panjang berbunyi. Angka 36-32 untuk kemenangan SMA Jubilee Jakarta di partai Final Honda DBL with Kopi Good Day 2025 Jakarta terpampang jelas.
Dan untuk pertama kalinya dalam empat musim terakhir, nama SMAN 70 Jakarta (Bulungan) tak lagi berada di sisi yang menang.
Ini adalah malam yang terasa tidak nyata bagi Bulungan. Tim yang selama bertahun-tahun menjadi penguasa wilayah Jakarta, tim yang sedang mengejar gelar kelima, tim yang belum pernah tumbang sejak DBL Jakarta 2021, tapi harus tumbang setelah melewati babak tambahan waktu.
Ironisnya, skenarionya nyaris seperti cermin dari final tahun lalu, hanya saja kini berbalik arah. Tahun pertama Adinda, Jubilee-lah yang tumbang dengan selisih satu poin (38-37). Tahun keduanya, justru giliran Bulungan yang merasakan pedihnya.
Namun ada satu hal yang tidak berbalik. Adalah performa sang sophomore. Adinda berdiri sebagai tulang punggung Bulungan di malam terpenting musim ini.
Sebanyak 14 poin, 4 rebound, 2 steal, dan 1 assist berhasil dikantongi. Menjadi satu-satunya pemain Bulungan yang mencapai dua digit poin. Musim lalu pun demikian.
Namun, saat disinggung soal apa yang ia rasakan, Adinda menjawab dengan cukup berat. “Ada rasa sedih pastinya, hasilnya belum sesuai harapan. Tapi aku bersyukur DBL kasih pengalaman kedua kali main di Indonesia Arena. Aku bakal terus berlatih dan berusaha kasih yang terbaik.”
Baca Juga: Cerita Asyhila Ramadhani dan Cedera di Momen Krusial
Kekalahan itu memang menyisakan tanda tanya besar. Sebenarnya apa yang terjadi dengan skuad Bulungan? Menurut Adinda, perbedaan yang paling terasa dibanding adalah soal chemistry.
“Jubilee chemistry-nya lebih baik. Kami cuma punya persiapan enam minggu. Membangun chemistry selama itu nggak mudah, apalagi beberapa pemain Bulungan baru pertama main di Indonesia Arena. Pressure-nya tinggi banget.”
Persiapan enam minggu itu sejatinya persiapan Adinda bersama timnya. Sedangkan latihan dari tim Bulungan sudah dimulai sejak Agustus. Namun, ia baru bergabung tepat pada 22 September, pasca menjalani serangkaian agenda demi membela Tim Nasional Basket Indonesia.
Aksi Adinda Lubna saat berusaha mencetak poin di kandang lawan
Artinya, waktu adaptasinya jauh lebih pendek daripada pemain inti lain. Momen-momen kecil seperti itu kadang memengaruhi. Meski begitu, Adinda tidak menganggap musim ini sebagai kegagalan total. Justru sebaliknya, ini adalah musim yang mengajarinya banyak hal.
“Tentu banyak banget pembelajaran,” ujarnya. “Persiapannya harus lebih matang. Chemistry harus lebih dibangun. Mental juga harus lebih siap.”
“Terima kasih untuk Arbul (Armada Bulungan), pemain ke-13 kita yang selalu hadir dan support kita,” katanya. “Terima kasih juga untuk guru-guru dan tim dancer. Dukungan kalian kerasa banget.”
Baca Juga: Sorakan 750 Armada Bulungan Demi Satu Kebanggaan di Indonesia Arena
Malam itu mungkin bukan milik Bulungan. Rekor empat musim itu terhenti. Mimpi quintuple itu hilang di tangan Jubilee.
Kini, Adinda masih duduk di bangku kelas XI. Artinya, ia masih punya satu musim lagi. Dan dari cara ia menjelaskan semua proses ini, terdengar bahwa ia akan menuntut balas musim depan. Mencari segala cara untuk bisa kembali ke singgasana juara.
Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 digelar di 31 kota dan 22 provinsi se-Indonesia. Setiap tahunnya, DBL Indonesia memilih student athlete terbaik dari masing-masing kota untuk diseleksi menjadi DBL Indonesia All-Star melalui program DBL Camp.
Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 juga menampilkan AZA 3X3 Competition 2025-2026 dan Azarine DBL Dance Competition 2025-2026.
Semua pertandingan Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 disiarkan live di channel YouTube DBL Play. Dua musim ini DBL didukung oleh produk kopi anak muda, Kopi Good Day. (*)
Baca Juga: Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
Profil pemain ini bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap)