Center SMA Pangudi Luhur, Darrel Kamal, punya cerita tersendiri saat bulan Ramadan di sekolahnya. Ia merupakan salah satu dari beberapa siswa yang menjalani puasa di sekolahnya. Meski mayoritas berbeda keyakinan dengan dirinya. Namun, ia senang teman-temannya banyak yang menghormati dirinya saat sedang puasa. Meski sesekali ia digoda dengan makanan yang ada di sekolah.
“Di Pangudi Luhur nggak ada perbedaan. Malah mereka respek banget. Ya walupun suka juga sih dicandain gitu hehe,” tungkasnya.
Baginya, sekolah di Pangudi Luhur itu memang spesial. Sebab, solidaritas di sekolahnya sangat dijunjung. Bukan hanya antar angkatan. Tapi juga dengan alumninya.
“Teman-teman aku beragam di sini. Ada yang izin untuk makan ke aku saat aku puasa. Atau ada juga loh yang sampai ikutan puasa, padahal non muslim,” cetusnya.
Bagi Darrell, bukan hal yang berat menjalani puasa di sekolah non muslim. Justru dirinya merasa tak ada perbedaan di Pangudi Luhur.
“Kalau aku sih santai aja, emang udah biasa puasa dari kecil. Mereka pun begitu. Jadi tergantung pendirian dan keyakinan masing-masing sih kalau di PL (julukan Pangudi Luhur),” tandasnya. Bukan hanya di sekolah saja. Pada saat latihan basket pun rekan-rekannya dan pelatihnya menghormati dirinya yang berpuasa.
“Kalau lagi latihan kan coachnya bisa ngertiin buat yang muslim. Jadi, latihannya lebih ringan gitu,” paparnya.
Tapi, tahun ini berbeda. Student athlete dengan tinggi 193 sentimeter itu harus berpuasa di rumah aja. Karena memang kebijakan untuk belajar online dari rumah.
Baginya itu akan jadi kenangan indah selama ia tiga tahun sekolah di Pangudi Luhur. Darrell cukup menyayangkan. Di tahun terakhirnya di PL, ia tidak bisa menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
“Walaupun di sekolah harus nahan lapar sama haus, tapi suasananya beda banget tahun ini. Sepi, nggak bisa ngabisin waktu bareng teman. Apa lagi udah nggak bakal ketemu mereka di sekolah kan,” pungkasnya. (*)
