ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Coach Desandrew Pudyo ketika memberikan arahan ke skuad putri Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2025

Ada begitu banyak sudut pandang perihal melatih. Ada yang beranggapan melatih merupakan bagian dari panggilan hidup, ada juga yang menganggap melatih itu sebagai sebuah pekerjaan.

Bagi Desandrew Pudyo Tinoto Adiwidjaja, pelatih skuad elite Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2025, menjadi pelatih merupakan berkat dari Pencipta. Sebuah berkat yang berupa ruang berkarya yang tak punya batasan.

Lantas bagaimana perjalannya ketika melihat sebuah panggilan tersebut? Panggilan untuk berkarya di ruang tanpa batasan itu? Menurutnya bisa berada pada sudut pandang yang diimani oleh coach Desandrew sekarang tidak mudah.

“Menjadi pelatih itu bukan cuman kita memperkaya diri dengan pengetahuan-pengetahuan baru. Bukan soal itu. Tanggung jawab pelatih itu ya ke anak-anak. Bagaimana kita punya semangat untuk membuat anak-anak yang kita latih itu berkembang,” ujarnya.

Baca juga: Profil Skuad Putri Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2025

Ia lantas menambahkan, “Kalau kita sebagai pelatih gak punya semangat itu ya anak-anaknya bakal gitu-gitu aja. Apa yang kita pikirkan ya itu yang kita dapat. Kalau kita gak bawa semangat itu ya kita bakal tetap di tempat yang sama. Gak bergerak maju,”

Hal tersebut sudah dibuktikan oleh coach Desandrew di SMA Gloria 1 Surabaya.

Hampir dua dekade ia menjadi nakhoda kapal Gloria 1, ia sudah mengalami bagaimana perjalanan pasang dan surut tim basket Gloria dari generasi ke generasi.

“Ada pelatih yang menggunakan talenta pemainnya dan memang berhasil. Tapi ada juga pelatih yang memaksimalkan kemampuan pemain yang ada dengan sedemikian rupa dan bisa berhasil juga. Karena pada dasarnya kita harus memaksimalkan sumber daya yang ada,” ungkapnya.

Nilai-nilai ini yang barangkali tidak dimiliki oleh beberapa pelatih. Bagaimana memahami bahwa menjadi pelatih sama halnya seperti seorang seniman yang punya ruang tanpa batas untuk berkarya.

“Ada satu ayat di Alkitab yang sampai saat ini saya jadikan pedoman, apa yang ada padamu ya itu dulu yang kau berikan pada-Ku. Artinya adalah kita mengusahakan apa yang Tuhan berikan dan kita maksimalkan betul. Jangan cuman pasrah aja,” ceritanya.

Benar, secara tidak langsung coach Desandrew punya perjalanan spiritualnya selama melatih. Perjalanan yang menurutnya sendiri menjadi jalan hidup yang menyenangkan.

“Bosan sih pasti ada. Balik lagi, saya di sini itu karena siapa dan untuk siapa. Bisa bertemu anak-anak lintas generasi dari 2005 sampai sekarang ya sesuatu yang seru. Memahami karakter antargenerasi. Asik sekali,” sambungnya.

Punya sudut pandang yang berbeda dan menganggap setiap perjalanan penuh cerita, coach Desandrew memaknai profesinya sebagai pelatih basket dengan penuh suka cita.

“Basket itu mungkin gitu-gitu aja, tapi tinggal kita pribadi mau membuka ruang dengan hal baru atau engga. Bagaimana kita selalu mengosongkan diri untuk belajar lagi, ndak malu untuk mengakui kalau kurang. Percaya aja dari sana pasti ada pencerahan,” cetusnya.

Kini perjalanan coach Desandrew dalam melatih semakin seru. Ia terpilih sebagai salah satu pelatih skuad DBL All-Star 2025 yang berangkat ke Amerika Serikat. Terhitung ini menjadi pencapaian keduanya menjadi pelatih DBL All-Star (pertama pada edisi 2013). Semakin banyak lagi pencerahan baru yang menjadi inspirasinya untuk terus berkarya. Gas terus, coach!

Profil Desandrew Pudyo ini bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa melakukan scroll dengan double tap)

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY