ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Sudah tiga hari sejak kabar Handono Setiobudi berpulang pada Kamis, 16 Juli 2025, ucapan duka masih membanjiri Instagram Perbasi Surabaya. Ucapan itu datang dari banyak kalangan. Penggemar, pemain, hingga sesama pelatih basket.

Handono Setiobudi atau kerap disapa Ko Han merupakan pelatih fundamental legendaris di Surabaya. Banyak sosok besar dari dunia basket Indonesia lahir dari tangan dingin Ko Han. Di antaranya, Henny Sutjiono, Vincent Rivaldi Kosasih, Laurentius Steven Oei, hingga Justin Patrick Alex. 

Detail, fokus, tegas, suka memberi latihan berat namun tidak kejam adalah beberapa kata yang pas menggambarkan Ko Han. Sifat-sifat itulah yang dikenang oleh Henny Sutjiono, pemain basket putri andalan Indonesia yang meraih medali emas di SEA Games 2023. 

"Ko Han orang yang berdedikasi dalam melatih, fundamental basket dan latihan fisiknya cukup berat, sangat menguji mental pemain tapi itulah yang menguatkan kami," kata Henny, saat dihubungi via telepon oleh tim DBL.ID. 

Henny mengenal Ko Han sejak bergabung di klub Pacific Caesar saat SMP. Sentuhan fundamental Ko Han ia rasakan juga ketika memperkuat SMA Frateran Surabaya di kompetisi DBL 2010 silam. Itu terjadi karena Ko Han punya kedekatan dengan pelatih kepala SMA Frateran Surabaya waktu itu, Njoo Soen Eng.

"Menjelang liga DBL, SMA Frateran Surabaya biasanya ada TC tambahan untuk persiapan tim, saat itu ditempa latihan dengan bantuan Ko Han," kenang Henny. 

Henny Sutjiono dan Ko Han
Ko Han saat menyemangati roster putri Frateran ketika training camp di Prigen, sebagai bagian dari persiapan DBL 2010

SMA Frateran kawin gelar di DBL Surabaya pada 2010. Yang mana menjadi salah satu momen besar dalam hidup Henny. Di tahun yang sama, ia juga terpilih masuk skuad DBL Indonesia-All Star. "Jadi sejak awal saya memulai basket, sampai di momen besar, belajar banyak dari beliau," terangnya. 

Ko Han selalu mengedepankan semangat saling mendukung antar rekan satu tim. Tak suka jika ada yang saling menyalahkan. Lebih tak suka lagi jika anak didiknya terlalu banyak ngobrol ketika latihan.

"Kalau kita banyak duduk-duduk, Ko Han pasti nyindir 'kalau mau cangkruk wes duduk ae sing suwe tak pesenno gedang goreng dan kopi, pasti enak' hahaha," kenang Henny. 

Ada satu kebiasaan lain yang akan dirindukan oleh Henny dari Ko Han. Ia dikenal suka duduk di kursi kantor beroda ketika melatih anak didiknya. "Jadi kursi itu memang selalu dipakai oleh Ko Han, agar bisa duduk sambil gerak saja," tambahnya. 

Ko Han dan Kursi Roda andalannya
Ko Han usai berlatih dengan Henny Sutjiono dan timnya di lapangan klub Pacific Caesar Surabaya pada 2007

Kenangan indah bersama Ko Han juga dirasakan Julienna Hartono. Ia akrab dengan Ko Han sejak sekitar 2011. Ketika itu Jul, sapaan akrabnya, masih kelas 1 SMP.

"Saya merasa apa yang bisa saya raih sampai hari ini, itu karena beliau. Dari juara Junior DBL, juara DBL pas SMA (bersama SMA St. Louis, hingga ikut mengantarkan Jatim dapat medali di PON Papua lalu," ujar Julienna.

Kata Jul, Ko Han memang kerap menerapkan latihan keras. Tapi dia selalu melakukan itu seperti seorang orang tua pada anaknya. Pendekatan Ko Han pada anak didiknya bukan sakadar pelatih dan pemain. Tapi ia kerap kali bisa menjadi seorang ayah.

"Buatku beliau lebih dari pelatih. Beliau sering ngasih nasihat ke kami, tidak hanya tentang basket. Misalnya sampai menasihati kami bagaimana memilih pasangan, mana cowok yang bener mana, mana yang tidak. Kalau soal basket, ketika kami kalah atau main jelek, pasti pertama yang nyamperin pertama beliau. Beliau tidak marah, tapi memotivasi," kenangnya.

Ko Han juga bisa beradaptasi dengan pemain lintas generasi. Di level Gen Z misalnya, Justin Patrick Alex, termasuk yang punya pengalaman berkesan dengan Ko Han.

Peraih back to back MVP DBL Camp asal SMA St. Louis 1 Surabaya itu mengaku punya banyak kenangan bersama Ko Han.

Dari sekian banyak cerita itu, satu hal yang paling diingat Justin adalah Ko Han dan "kursi kantornya". Ternyata Ko Han menggunakan kursi kantor bukan karena males-malesan. Namun karena fisiknya yang sudah mulai lemah.

"Kursi itu memang selalu dibuat melatih, karena beliau nggak kuat kalau berdiri lama-lama, gerak-geraknya pakai kursi itu," kenang Justin. 

Justin terakhir kali bertemu Ko Han pada Februari 2025. Meskipun begitu, keduanya masih saling berkirim WhatsApp. "Beliau selalu ngingetin untuk hati-hati dan jangan sampai cedera, lalu latihan penguatan selalu," katanya.

Menurut Justin, Ko Han adalah sosok yang sangat berjasa dalam karier basketnya. Justin sendiri sudah berlatih bersama sejak menempuh pendidikan di SD Vita Surabaya.

"Beliau bener-bener pahlawanku di lapangan sih, karena aku dilatih dari 0 sampai bener-bener bisa seperti sekarang," tutur Justin.

Justin dan Ko Han
Ko Han bersama Justin Patrick Alex usai kompetisi

Selain melatih, Ko Han juga selalu hadir di pertandingan Justin. Menonton perkembangan, hasil latihan, sampai memberikan evaluasi.  "Itu dilakukan sejak SD, kalau mau latihan sama Ko Han selalu jemput beliau di kantornya (di sekolah Vita) ngobrol-ngobrol, baru latihan, dia ini bener-bener seperti papaku di lapangan," tandas Justin.

Selamat jalan Ko Han. Meskipun raga sudah tiada, semua pelajaran dan pesan penting akan terus terjaga. Kami tak akan pernah lupa, dari kursi kantormu itu telah lahir prestasi-prestasi talenta muda Indonesia.(*)

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIERS
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY