Hari Olahraga Nasional yang jatuh pada 9 September menjadi momentum penting untuk merayakan kiprah atlet Indonesia yang berprestasi di dunia olahraga.
Tak pandang umur. Prestasi itu tidak hanya lahir dari atlet profesional, tapi juga dari para pelajar yang berjuang di level sekolah.
Mereka dikenal sebagai student athlete, anak muda yang harus menyeimbangkan antara pendidikan dan olahraga.
Namun, di balik cerita hebat para student athlete, juga ada peran guru yang memastikan mereka tak kehilangan arah. Salah satunya adalah Thomas Gunawan Wibowo, Kepala Sekolah SMA Kolese Kanisius Jakarta.
Nama Kanisius sudah sangat melekat dengan basket Jakarta. Selama tiga musim terakhir, tim basket mereka selalu berhasil mencapai partai final DBL North & Central Jakarta dan menjadi runner up.
Bahkan sampai di babak Championship, Kanisius juga banyak bicara. Sayang, perjalanan mereka belum pernah sampai menyentuh partai final DBL Jakarta.
Tapi, di balik sorak-sorai tribun dan prestasi di lapangan, Pak Gun -sapaan akrabnya- mengingatkan bahwa ada satu hal yang tak boleh tertinggal, yakni akademik.
“Di Kanisius, pendidikan harus holistik dan seimbang. Capaian akademik itu tidak boleh left behind. Semua pencapaian lain, termasuk olahraga, harus berjalan beriringan dengan itu,” ujar Pak Gun.
Bagi Pak Gun, basket hanyalah salah satu jalur untuk menempa keterampilan psikomotorik. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana siswa Kanisius tumbuh dengan “heart excellence”, berani jujur pada diri sendiri, menghargai orang lain, dan bertumbuh secara karakter.
“Anak-anak harus belajar menyeimbangkan semuanya. Tidak boleh ada yang ditinggalkan,” lanjutnya.
Baca Juga: Refleksi Tema Haornas 2025 ‘Olahraga Satukan Kita’ ala DBL Indonesia
Keseimbangan itu pun bukan sekadar omongan belaka dalam kehidupan sehari-hari murid Kanisius. Saat mereka tengah mempersiapkan diri menuju final Honda DBL with Kopi Good Day 2025 Central Jakarta, banyak di antara mereka juga tetap mengikuti ujian sekolah.
Tidak ada dispensasi khusus dan tidak ada toleransi bagi yang melupakan akademik. “Kalau mereka hanya fokus di olahraga dan mengabaikan sekolah, itu tidak bisa. Komitmen harus dibangun sejak awal mereka masuk Kanisius,” tegas Pak Gun.
Pak Gun (barisan atas, paling kiri) saat mendampingi SMA Kolese Kanisius Jakarta berlaga di semifinal DBL Central Jakarta 2025, pada 8 September 2025
Di sisi lain, sekolah tetap memberikan dukungan nyata untuk menunjang prestasi non-akademik. Mulai dari fasilitas lapangan, ruang gym untuk latihan fisik, hingga dukungan yang kuat dari para supporter Kanisius (Alaska).
Semua itu membuat anak-anak Kanisius bisa berkembang tanpa melupakan kewajiban utama mereka sebagai pelajar.
Bagi Pak Gun, kemenangan di lapangan hanyalah bonus. “Juara itu efek samping. Yang paling penting adalah mereka mengusahakan diri menjadi lebih baik dari waktu ke waktu,” ujarnya.
Di Hari Olahraga Nasional ini, cerita Thomas Gunawan Wibowo jadi pengingat penting bahwa seorang guru bukan hanya mendidik murid untuk menang di lapangan, tapi juga mendampingi siswanya dalam mengejar hal positif.
Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 digelar di 31 kota dan 22 provinsi se-Indonesia. Setiap tahunnya, DBL Indonesia memilih student athlete terbaik dari masing-masing kota untuk diseleksi menjadi DBL Indonesia All-Star melalui program DBL Camp.
Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 juga menampilkan AZA 3X3 Competition 2025-2026 dan Azarine DBL Dance Competition 2025-2026.
Semua pertandingan Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 disiarkan live di channel YouTube DBL Play. Dua musim ini DBL didukung oleh produk kopi anak muda, Kopi Good Day. (*)
Baca Juga: Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa