Senin sampai Kamis, bisa duduk delapan jam di sekolah. Kecuali Jumat. Mungkin hanya tujuh jam. Selepas ibadah sholat Jumat ada beberapa sekolah yang sudah boleh pulang. Tapi ada juga yang lanjut pelajaran. Itu kalau sekolah negeri. Beda cerita kalau swasta. Masuk sekolah bisa sampai Sabtu.
Delapan jam kalau hitungan sehari. Total 40 jam per minggu. Bisa 160 jam per bulan. Tapi badan biasanya nggak tambah seger. Padahal cuma duduk. Malah terasa capek. Apalagi kalau dibuat mikir matematika. Belum lagi sejarah dan fisika dalam di jam yang sama. Bisa bikin sakit semua.
Orang-orang yang banyak kerja, sekolah, dan main game di meja sambil duduk ini bisa disebut generasi deskbound. Lebih lucu lagi julukannya kalau sudah punya sakit punggung dan pinggang. Gen Z nyebutnya generasi jompo. Masih muda, tapi badannya ringkih mirip orang tua.
Cara menghindar jadi generasi jompo ini dibeberkan di acara Ideafest Surabaya 2025, Sabtu, 2 Agustus 2025. Yang digelar di Grand City Mall & Convex Ballroom.
Ada lebih dari 50 sesi di Ideafest Surabaya 2025. Salah satunya membahas soal pentingnya menjaga kesehatan sebagai generasi deskbound. Penting buat yang banyak duduk berjam-jam. Terutama di sekolah.
Baca Juga: Azrul Ananda dan Masany Audri Menularkan DBL Way di Ideafest Surabaya 2025
Sesi itu bernama Immersive Experience/Workshop: Fitness Training For Deskbound Generations. Satu-satunya di Ideafest yang membahas kesehatan dengan mendalam. Pembicaranya Isna Fitriana Commissioner Persebaya Indonesia dan CEO of ForeverFit Indonesia Abed S. Santoso.
Isna merupakan pegiat olahraga. Ia aktif bersepeda. Bukan penghobi biasa. Ia bahkan bisa gowes hingga ratusan kilometer jauhnya. Keseriusannya bersepeda ini membawa Isna mendirikan Women Cycling Community. Sehari-hari, ia adalah wanita karier. Banyak waktunya dihabiskan di belakang meja.
Ada titik tertentu, sakit tak tertahankan menyerang lututnya. Tentu berdampak pada banyak kegiatan. Di sinilah, Isna membagikan pengelamannya. Semua mereda ketika ia mencoba melakoni latihan bersama Abed soal penguatan (Exercise/Fitness Training). Yang ternyata penting untuk generasi deskbound.
Dalam sesi ini Abed menerangkan penelitian oleh Dr. James A. Levin, director of the Mayo Clinic – Arizona State University Obesity Solutions Initiative. Tentang fakta kalau duduk itu lebih berbahaya dari merokok. Lebih mematikan daripada HIV. Serta lebih berisiko ketimbang olahraga parasut.
Nggak hanya bikin sakit di beberapa titik tubuh. Tapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, hingga kanker. Kesimpulannya, banyak duduk tanpa olahraga bisa memperpendek kualitas hidup. Belum terlalu tua tapi sudah lemah.
Apalagi, berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) Indonesia termasuk negara dengan tingkat exercise dan training terendah. Bahkan rata-rata warganya berjalan harian tak sampai tiga ribu langkah.
"Ada yang bilang kalau sudah cuci piring, mengepel, menyapu, kan bergerak setiap hari tapi masih merasa sakit, itu karena 'we are not moving enough and we are not moving well, paling preventif adalah training," kata Abed.
Ada banyak exercise/fitness training yang bisa dilakukan. Misalnya, deep squat, stationary lunges, hingga wall push-ups secara rutin. Ada baiknya kalau melakukan ini bersama ahli. Agar proses menuju sehat optimalmu juga tepat.
Dalam kesempatan ini, Isna dan Abde juga memberikan pengalaman immersive. Audiens bisa latihan gerakan exercise/fitness training langsung. Sampai mendeteksi bagian tubuh yang perlu dilatih. Tentunya gerakan-gerakan ini harus dilakukan rutin jika mau terhindar dari sakit.
Sayangnya, sesi ini punya waktu terbatas. Hanya 50 menit saja. Namun pesan pentingnya adalah generasi muda harus segera sadar dampak positif dari olahraga. Demi tujuan hidup sehat. "Hauslah ilmu kesehatan selagi muda," tandas Isna, menutup sesi IDEATALKS, hari ini. (*)