ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Tak hanya keren, tiao koreo yang dibuat mache selalu memiliki makna (foto: Daud Rolan for DBL Indonesia)

JOGJAKARTA-Honda DBL DI Jogjakarta Series 2019 tak hanya jadi ajang unjuk gigi tim basket dan dance SMA se-Jogjakarta. Kompetisi pelajar terbesar itu juga jadi ajang adu kreativitas antar supporter. Hingga menginjak hari keduabelas, salah satu pendukung yang cukup konsisten menunjukkan kreativitasnya adalah SMAN 5 Yogyakarta.

Tak main-main, selama tiga kali tim basket yang mereka dukung bertanding, anak-anak Mache konsisten membuat koreo tiga dimensi. Kerap kali para supporter menunjukkan dukungannya dengan memancang gambar berukuran jumbo di tribun pendukung.

Asal tahu saja, butuh merogoh kocek jutaan rupiah untuk membuat karya itu. Anak-anak Mache bahkan memilik kas per angkatan untuk membiayai berbagai kebutuhan bersama, termasuk membuat koreo. Biasanya setiap anak akan menyisihkan Rp 10 ribu per bulan untuk masuk menjadi kas bersama.

“Duit kas itu sudah dihimpun sejak tahun lalu. Selain itu kita himpun juga dari hasil jualan tiket dan merchandise,” kata Andi Nur Ismaya salah satu koordinator Mache.

Kepada DBL.id, Andi bersama kawannya, Rama Chazi Raya, bercerita mengenai koreo-koreo yang mereka buat. Misalnya di laga terakhir, Selasa (22/10) ini, Mache menunjukkan gambar maskot mereka Puspa-man, dengan latar belakang gapura Pembayun. Koreo itu sendiri bisa dibilang jumbo dengan dimensi 14x6 meter.

Tentang gambar tersebut, gapura Pembayun adalah trademark dari sekolah yang beralamat di Jalan Nyi Pembayun, Jogjakarta tersebut. Sedangkan sosok Puspa-man diadaptasi dari lambang sekolah mereka.

Andi dan Rama berkisah, untuk menyiapkan koreo yang satu itu mereka hanya butuh waktu 1 hari 1 malam. “Biasanya kami kumpul, dari masing-masing angkatan ada perwakilannya, untuk membawa ide. Sembari diskusi biasanya kami sekalian desain dulu gambarnya di komputer. Jadi antara konsep dan eksekusi itu nyambung,” kata Rama.

Hal serupa juga dilakukan ketika mengerjakan koreo-koreo yang lain. Sebelumnya mereka sempat membuat koreo seorang laki-laki yang sedang santai di pantai dan juga gambar siswa-siwa Mache yang saling berangkulan.

Gambar-gambar itu bukan tanpa makna. Gambar lelaki di pantai misalnya, mau mengatakan agar tim basket Mache bermain santai dan menikmati permainan. Sedangkan untuk gambar siswa berangkulan, hal itu menunjukkan solidaritas anak-anak Mache.

Kreativitas mereka didukung pula oleh pihak sekolah. Rama mengaku, pihak sekolah mengizinkan supporter Mache untuk menggunakan sekolah sebagai tempat membuat kreativitas. “Mulai dari latihan yel sampai bikin koreo, sekolah izinkan. Bahkan kami sampai nginep,” kata mereka berdua.

Meski begitu, aksi impresif anak-anak Mache di tribun belum diimbangi dengan aksi impresif di lapangan. Tim basket Mache belum bisa lolos dari babak grup. Terkait hal itu, baik Rama dan Andi mengaku kecewa. Meski begitu kekecewaan itu tidaklah mendalam. “Yang penting kami sudah tunjukkan kemampuan dan totalitas kami,” kata keduanya.

Baca juga berita-berita menarik di mainmain.id

 

 

 

 

  RELATED ARTICLES
Comments (1)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIER
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY