ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Basket menjadi olahraga sore yang rutin dilakukan sebagian besar warga Papua, terutama di Jayapura. (foto-foto: Dika Kawengian/DBL Indonesia)

Oleh: Dika Kawengian*

Hari ini, 18 Agustus 2019 adalah momen yang tak akan saya lupakan. Ini adalah pertama kalinya saya berkunjung ke pulau paling timur di Indonesia. Tepatnya di kota Jayapura, Provinsi Papua. Dan untuk pertama kalinya juga saya meliput serangkaian Honda DBL Papua Series.

Sesampainya di Jayapura, ada beberapa pertanyaan yang membuat saya sangat penasaran.

Apakah di sini, basket sepopuler sepakbola?

Apakah di sini basket menjadi olahraga sore yang sering dilakukan oleh anak anak?

Atau apakah ada orang yang bermimpi bisa bermain basket sejauh mungkin, sama seperti anak papua yang ingin bermain di tim sepak bola Persipura Jayapura?

Satu-persatu pertanyaan mulai terjawab saat saya menginjakkan kaki di GOR Waringin. Ya, GOR ini akan menjadi venue penyelenggaraan Honda DBL di Pulau Cendrawasih. Yang rencananya digelar hari, 19-24 Agustus 2019.  

Untuk ukuran di Jawa sendiri, GOR Waringin terbilang bagus. Pencahayaan memadai. Kondisi tribun nyaman. Dan, yang terpenting lapangan basket yang layak digunakan. Tidak ada bagian cekung yang membahayakan para pemain.

Saya pun bertemu Alan Youwe, siswa SMAN 1 Jayapura. Dia pun bercerita banyak tentang kultur basket di Papua. Dia sangat antusias menceritakan bagaimana dirinya dan teman-temannya bermain basket sejak kelas 2 SMP.

Hingga di satu titik, ia bercerita bahwa basket adalah olahraga sore yang lazim di temui di sini. Saya pun kaget. Pasalnya, saya sudah mencari berbagai artikel tentang basket di Papua. Tidak ada yang menceritakan bahwa kultur basket di sini sekental itu.

Alan pun mengajak saya ke King City dan King Town. Yang berada di Kotaraja, Jayapura. Saya benar-benar terkejut. Pasalnya, dua lapangan basket yang terletak di lapangan ini benar-benar penuh!

Alan yang melihat saya kaget pun bercerita bahwa ini adalah pemandangan yang lazim di sini.

Dari yang tua hingga yang muda pun membaur di sini. Saling beradu kemampuan. Dan tak jarang mereka saling mengevaluasi dan saling memberikan tips agar mereka bisa makin jago.  

“Siapa yang cepat ya dia yang bisa main di lapangan ini. Tapi kita juga bermain bersama-sama secara bergantian," kata Alan.

Seketika itu pun pemikiran saya berubah 180 derajat. Ternyata basket di Jayapura sama populernya dengan sepak bolanya.

Alan juga bercerita bahwa sejak kemunculan Honda DBL, basket semakin populer di sini. Bahkan, liga ini sangat bergengsi di mata para pelajar maupun kalangan umum.

"Kami sendiri sudah memulai program latihan tiga hari setelah final DBL tahun lalu. Kami latihan rutin setiap hari senin, rabu, jumat mulai bulan oktober sampai bulan Mei. Lalu bulan Mei sampai sekarang kita latihan hari senin sampai sabtu, setiap pagi dan sore hari,” jelas Alan.

Melihat kultur basket di sini, saya teringat kultur basket di Amerika. Sama seperti yang saya temui langsung di sana, maupun yang saya lihat di film dan game.

Hal ini seolah mempertegas bahwa Papua mempunyai lifestyle basket yang tak kalah kuat dibanding kota-kota lain di Indonesia.

Sayang, hasrat bermain basket anak-anak Papua kurang dibarengi dengan fasilitas yang mendukung. Lapangan basket di Jayapura jumlahnya terbatas. Sepengetahuan saya, tak lebih dari 10 lapangan. Padahal, di setiap lapangan, antusiasmenya juga sama. Bahkan bisa lebih menurut Alan.

Belum lagi, kondisi lapangan di sini juga memprihatinkan. Kayu papan ring yang mulai lapuk. Lapangan beton yang mulai berlubang di sisi pinggir lapangan, serta minimnya lampu. Sehingga, anak-anak hanya bisa bermain hingga tenggelamnya matahari. Setelah itu, mereka akan bubar sendiri-sendiri.

Ketika ditanya bagaimana jika lapangan di Papua diperbaiki hingga bagus dan diberi penerangan lampu? Alan pun dengan antusias menjawab bahwa peminatnya tentu akan jauh lebih banyak. Bahkan, bisa jadi yang antre bermain sampai beberapa tim.

“Kalau ada lampunya, mungkin kami bisa main basket sampai larut malam. Karena saking asiknya,” ujar Alan sambil tertawa.()

* Penulis adalah Fotografer DBL Indonesia

 

 

 

 

 

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIER
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY