ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

Oleh: S. Idarjati*

Sorot lampu, lantai dansa, dan gemuruh tepuk tangan sudah ia akrabi sejak usianya menginjak 3 tahun. Kepiawaianya mengolah tubuhnya menjadi gerakan-gerakan tarian, menghantarkan langkah seorang perempuan belia ini menjajaki negara-negara di belahan dunia. Perempuan itu bernama Rahmadhani Tasya Rahman. Keluarganya kerap memanggilnya Rara. Sedangkan teman-temannya akrab menyebutnya Coco.

Bakat menari Rara sudah terlihat sejak ia berusia dua tahun. Dari sana, kedua orang tuanya sepakat untuk lebih mengasah bakat itu. Mereka mendaftarkan anaknya ke sekolah tari bernama Marlupi. Sewindu berikutnya, mimpi keluarga Rara itu terwujud. Rara terbang ke Hongkong. Itu adalah kali pertama Rara mengikuti lomba bertaraf internasional.

Rara adalah anak berkemauan keras. Sekaligus keras kepala. Salah satu keahliannya adalah merayu ibunya. Ibunya pernah beberapa kali mengatakan bahwa ia harus berhenti dari menari agar kembali memikirkan studinya. Namun, kemahiranya merayu itu selalu meluluhkan hati sang ibu. Rara, tidak akan berhenti jika ia belum benar-benar berhasil mendapatkan segala apa yang diinginkan. Ia adalah seorang anak yang selalu menggantungkan mimpinya tinggi-tinggi.

Dan Rara memang akhirnya bisa membuktikan. Dancenya tetap jalan tanpa mengorbankan pendidikan formalnya. Sampai dia pun berhasil masuk ke sekolah favorit. Di SMPN 1 Surabaya dan SMAN 5 Surabaya.

Sebelum bertanding, ada sebuah ritus yang tak pernah dilewatkan Rara. Ia selalu memohon restu dan doa dari ibunda. Baginya, doa dari ibu adalah kunci dari kesuksesan yang selama ini diraihnya. Salah satunya kesuksesan yang telah diraih Rara adalah pergi ke negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Untuk bertanding di ajang dance bergengsi. Tak hanya itu, Denmark dan Prancis pun juga pernah mengundang Rara untuk berkompetisi dance.

“Aku senang sekali, ibu. Aku bisa bertanding dengan orang-orang di sana dan penonton pun bertepuk tangan. Aku sampai ngos-ngosan, tapi benar-benar seru,” kata Rara, kepada ibundanya. Sang ibu hanya membalasnya dengan senyum. Rasa bangga tentu tak bisa disembuyikan. 

Selain itu, ada sebuah momen lain yang akan menjadi kenangan manis bagi Rara. Itu saat masa sekolahnya telah sampai di fase penghujung. Ia bisa menutupnya masa itu dengan sebuah kemenangan manis. Ia dan timnya berhasil menjadi jawara UBS Gold Dance Competition 2018.

Berkat itu, ia dan rekan-rekan satu timnya mendapat hadiah jalan-jalan ke Hongkong. Itu tentu bukan perjalanan pertamanya ke negeri yang dulu disewa Inggris tersebut. Meski bukan yang pertama, tapi perjalanan itu tetap mengesankan. "Yang membuat beda adalah momen itu menjadi gong penutup yang sangat manis bagiku, bu. Dan tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berlibur bersama teman-teman terbaik,” kata Rara pada ibunya. Keberhasilan Rara selama ini juga tak lepas dari peran pelatihnya. Yang biasa dia sapa: Kak Diego.

Kedekatan Rara dan ibunya layaknya sepasang sahabat. Keduanya berbagi dukungan dan harapan pada satu sama lain. Sang Ibu, tidak pernah menuntut kemenangan pada tiap pertandingan yang diikuti anaknya. Satu-satunya pesan dari ibu adalah agar anaknya tampil maksimal dan tekun dalam mengerjakan apapun. Dan pesan itu selalu disimpan baik-baik oleh Rara.

Ada sebuah peristiwa yang kemudian membekas di ingatan sang ibu. Saat jari-jari kaki Rara cidera karena berdiri dengan sepatu balet lebih dari satu jam. Sang ibu, selain harus merawat luka anaknya, juga tak pernah absen memberi dukungan. Agar Rara tak putus asa. Selama lebih dari empat bulan sang ibu setia menemani Rara terapi. Agar bisa kembali menari.

Rara adalah seorang perempuan muda yang hebat. Dia kini telah berstatus sebagai mahasiswa Teknik Industri ITS. Ia menjadi kebanggaan luar biasa bagi ibundanya, S. Idarjati, yang tak lain saya sendiri. Ibu bangga memilikimu, nak.()

*) penulis merupakan ibunda Rahmadhani Tasya Rahman atau Rara.

 

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIER
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY