ESG

DBL ACADEMY

JR DBL

MAINBASKET

SAC

HAPPY
WEDNESDAY

DISWAY

MAINSEPEDA

"Bagaimana rasanya bisa menang di turnamen kelas pelajar terbesar se-Indonesia bernama DBL?"

"Seperti apa euforia ketika kami berhasil menang nanti?"

"Apakah saya akan bangga atas pencapaian itu? Atau rasanya akan sama saja seperti pertandingan lainnya?"

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu selalu menghampiri saya, Putra Mahandaru, pelatih dari SMA Tritunggal Semarang. Setiap saya membawa tim turun lapangan di DBL Semarang hingga ke DBL Jawa Tengah, saya selalu memikirkan hal-hal semacam itu.

Maklum, saya belum pernah berhasil membawa Tritunggal menangi pertandingan final di DBL Jawa Tengah. Penasaran. Rasa itu selalu menghantui setiap tahun ketika saya kembali ke lapangan DBL.

Persiapan telah kami lakukan jauh sebelum Tritunggal menapaki Honda DBL with Kopi Good Day 2023 Central Java Series lalu. Matang. Semuanya kami lakukan, perhatikan, dan ulangi. Sampai ke bagian paling kecil. Mendetil.

Ketika waktunya kami 'berperang' di babak awal, DBL Semarang, saya optimistis anak-anak bisa mengambil kemenangan di setiap pertandingan. Tidak perlu kemenangan yang mewah, setidaknya mereka harus menang dengan pola, sistem, dan sentuhan permainan yang biasa kami latih. 

Baca juga: Tritunggal Kawin Gelar di DBL Semarang!

Nyatanya, tidak mudah menjaga konsistensi itu. Saya pun sebagai pelatih masih harus membawa pulang beberapa catatan walaupun di atas kertas kami berhasil menang. Apalagi soal permainan anak-anak di lapangan. 

Catatan itu membawa saya kembali ke lubang pertanyaan tiada ujung yang selalu menghantui sejak 7 tahun lalu. Bagaimana rasanya menang di DBL Jawa Tengah? Apakah lebih membanggakan dari saya berhasil membawa tim menang di pertandingan lain?

Titik di mana saya berhasil membawa tim Tritunggal ke final DBL Semarang akhirnya menyadarkan saya bahwa perjuangan kami sebentar lagi akan sampai pada tujuan yang sebenarnya. Kami ingin menang di Jawa Tengah.

Pertandingan melawan SMA Karangturi berjalan ketat. Seperti yang sudah saya prediksi. Lengkap dengan komposisi pemain, gaya bermain, dan sistem permainan mereka. Saya sudah bisa tebak, tidak mudah bagi kami untuk menjegal mereka di paruh pertama.

Baca juga: Sejarah Tercipta! Back to Back Champion Pertama untuk Srikandi Tritunggal!

Tapi, tim kami berhasil unggul di paruh pertama pertandingan. Jarak yang lumayan. Ketika beranjak ke kuarter ketiga, benar saja, kami kehilangan sentuhan. Sementara Karangturi terus menggempur dengan serangan masif lewat dua forwarda mematikan mereka.

Ah! Rasanya campur aduk. Marah, kesal, jengkel. Ketika emosi saya meluap-luap, beruntung penonton yang hadir kala itu berhasil meredam suara saya yang menghabiskan udara di paru-paru ini. Rasanya, kalau GOR Sahabat saat itu sepi, mungkin suara saya bisa terdengar sampai ke luar.

Momen itu mengingatkan saya pada kalimat sebelumnya. Tidak mudah menjaga konsistensi. Tapi keraguan itu saya tepis lewat keyakinan saya membawa tim melangkah lebih jauh di tahun ini. 

Kami menang dengan margin tiga poin di partai final DBL Semarang. Saya dilema. Tentu saya senang, tapi bukan kemenangan seperti ini yang saya inginkan. Jika langkah kami berat di DBL Semarang, bagaimana nasib kami ketika nanti berada di persaingan lebih ketat DBL Jawa Tengah?

Evaluasi besar saya jatuhkan untuk tim. Waktu istirahat yang hanya dua hari kami gunakan untuk meredakan ketegangan dari satu pekan belakangan. Serta menambal lubang-lubang di tubuh kami. 

Perjalanan di DBL Jawa Tengah pun meninggalkan banyak pelajaran untuk kami. Serta membuka kesempatan ke sekian yang harus bisa kami tuntaskan demi menjawab pertanyaan yang ada di awal naskah ini.

Sebelum kami menyentuh lapangan, saya mengambil beberapa menit untuk menyerahkan semua kerja keras dan usaha tim kami kepada Sang Penguasa. Ketika nanti jalan kami dipersulit, saya hanya berharap bisa mendapat jalan keluarnya di tengah pertarungan yang menyesakkan ini.

Lawan kami di final DBL Jawa Tengah masih Karangturi. Ya, kami bertemu lagi. Dilema sempat menghampiri saya kala itu. Bisakah kali ini kami mematikan serangan mereka, atau harus kembali terseok-seok menahan gempuran.

Kami berhasil melaju di paruh awal pertandingan. Pembukaan yang bagus untuk melanjutkan keunggulan di kuarter berikutnya. Ketika pertandingan beranjak ke kuarter terakhir, saya diterpa angin segar dengan wangi kemenangan.

Baca juga: Kesatria Tritunggal Kawinkan Gelar DBL Jateng!

Ayo. Sedikit lagi kita bisa angkat trofi itu. Trofi yang sudah lama kami harapkan untuk dibawa pulang. 

Buah kerja keras kami akhirnya terjawab lewat peluit buzzer yang bunyi di akhir 40 menit kami berjuang. Perjuangan kami terjawab. Pengorbanan kami berbuah manis.

Malam itu tidak akan pernah saya lupakan. Kami mengangkat trofi pertama kali di DBL Jawa Tengah.

Bagaimana rasanya? Tidak bisa dideskripsikan. Sampai sekarang saya masih mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan "lebih dari bangga".

3 Oktober 2023, DBL Jawa Tengah milik Tritunggal. Dan saya berharap akan terus begitu di tahun-tahun berikutnya.

*Tulisan ini disarikan dari hasil wawancara dengan Putra Mahandaru, pelatih tim putra SMA Tritunggal Semarang.

  RELATED ARTICLES
Comments (0)
PRESENTED BY
OFFICIAL PARTNERS
OFFICIAL SUPPLIER
SUPPORTING PARTNERS
MANAGED BY