"Cuman ingin punya banyak waktu sama anak." kata Amin Prihantono, kepala pelatih SMA Labschool Kebayoran di DBL Jakarta 2024 lalu.
Nama Amin Prihantono dalam dinamika bola basket nasional begitu harum. Amin Prihantono pernah merasakan tujuh kali gelar juara ketika menjadi pemain profesional. Doi pensiun pada tahun 2019. Tim terakhir yang dibelanya adalah Pelita Jaya Jakarta.
Saat itu alasannya pensiun agar lebih banyak waktu bersama anak-anaknya. Menurutnya ketika menjadi pemain profesional, waktu bertemu dan berkumpul dengan anaknya begitu sedikit. Apalagi ia punya 2 putri dan 1 putra yang sedang berada pada usia remaja.
Adalah Nasywa Putri Ayu Aristy, Salwa Nabila Putri Ayu Aristy dan Fadi El Amin. Anak keduanya, Salwa Nabila, baru aja masuk ke SMA.
"Alasan saya pensiun sebenarnya biar punya banyak waktu aja sama anak. Soalnya kan dia juga lagi masa pertumbuhan dan ya harus didampingi lah. Kalau main basket terus-terusan, makin gak ada waktu, keburu sudah gede," ungkapnya.
Hal itu pula yang mendasari Amin Prihantono terjun menjadi pelatih basket. Beruntungnya, sang anak meneruskan jejaknya, bermain basket.
"Kebetulan anak-anak pada main basket semua. Engga saya arahkan juga, mereka memilih sendiri dan ya sudah saya dampingi, saya latih," ujarnya.
Selama terjun menjadi pelatih, ada beberapa klub di liga basket profesional yang menghubunginya. Mengajak Amin Prihantono masuk dalam jajaran staf kepelatihan. Tawaran-tawaran tersebut ditolak oleh Amin Prihantono. Bukan karena tak ingin mendapat kesempatan yang lebih besar. Amin Prihantono punya sudut pandang lain.
"Sama aja dong kalau gue balik ke profesional. Waktu dengan anak-anak ya sama aja gak ada," ceritanya.
Tekadnya sangat bulat. Agar punya banyak waktu dengan anak-anak. Menjadi rumah bagi ketiga anaknya selepas pulang sekolah dan pulang latihan basket.
Amin Prihantono merupakan kepala pelatih SMA Labschool Kebayoran di Honda DBL with Kopi Good Day 2024 Jakarta-South
"Saya ngelatih sendiri tuh anak-anak, terus Ko Ito (Fictor Gideon Roring, mantan pemain basket profesional) kasih tawaran kalau mau ngelatih ya latih aja di tempatnya. Ya sekalian kan mumpung ada wadahnya," terangnya.
Kini Amin Prihantono adalah pelatih basket khusus perkembangan usia muda. Kelompok umur yang dipilihnya juga sesuai dengan perkembangan umur anaknya.
"Saya perlakukan anak-anak yang saya latih itu sama dengan anak saya. Karena pada dasarnya kan bagaimana sih caranya biar mereka itu senang dulu deh main basket," kelakarnya.
Apa yang dilakukan oleh Amin Prihantono adalah bukti nyata rasa cinta dan sayangnya ke anak-anaknya. Doi rela menjauh dari hiruk-pikuk basket level profesional demi punya banyak waktu bersama anak-anaknya.
Ia pun percaya bahwa kesempatan dan peluang akan selalu ada. Tugas utamanya saat ini adalah menjadi teman bukan hanya sebagai orang tua. Teman cerita, teman berbagi keluh kesah, teman bermain basket untuk anak-anaknya.
"Suatu saat nanti tawaran di jenjang profesional pasti ada. Siapa tahu kan seiring berjalannya waktu, anak saya masih main basket sampai level tertinggi," cetusnya.
Rasa cinta Amin Prihantono kepada anak-anaknya tak terbatas. Tak menaruh ekspektasi dan menuntut lebih. Barangkali ini bisa dicontoh. Menyempatkan waktu untuk berkumpul dan sekadar bercerita dengan anak tercinta. Selamat Hari Anak Nasional.
Profil Amin Prihantono bisa kalian cek di bawah ini.