Kembali ke atmosfer DBL setelah enam tahun berlalu menjadi momen penuh nostalgia bagi Rafael David Santoso, atau kini lebih dikenal sebagai Rafael COC merupakan salah satu cast dari Clash of Champions Season 2 by Ruang Guru.
Pada Jumat, 21 November 2025 lalu, ia hadir langsung di Final Honda DBL with Kopi Good Day 2025 Jakarta di Indonesia Arena bersama rekan-rekan COC lainnya.
Sebuah pengalaman yang menurutnya, terasa seperti “pelunasan rindu” atas perjalanan yang dulu sempat terhenti lebih cepat dari harapannya.
Rafael sendiri adalah alumnus SMA Kolese Loyola Semarang yang bermain di DBL Semarang pada 2018 dan 2019.
Sayangnya, perjalanannya di level SMA tidak pernah sampai final. Bukan karena kurang usaha, tapi karena nasib bagan yang selalu mempertemukannya dengan salah satu tim andalan Semarang, SMA Tritunggal Semarang.
“Dua tahun tuh kalau nggak salah, selalu langsung ketemu Tritunggal. Gak hoki banget,” kenangnya sambil tertawa.
Baca Juga: Kembali Melantai di Indonesia Arena, Keira Ammabel Berasa Nostalgia
Pada musim keduanya, sekaligus musim terakhirnya, sejatinya ia sempat mencetak sekitar 10 poin, namun tetap harus mengakui keunggulan lawan.
Itulah mengapa ketika duduk di tribun Indonesia Arena pekan lalu, Rafael merasa terpukau. Venue megah, lighting show yang luar biasa, hingga konsep masuk pemain membuatnya merinding sejak awal.
.jpg)
Sesi pemanggilan pemain bersama kedua orang tua saat Final DBL Jakarta 2025
Terlebih saat dirinya mengetahui bahwa ada lebih dari 15ribu orang yang hadir saat itu. “Gila. Meriah banget. Kelas internasional sih. Beda banget sama waktu dulu aku main,” ujarnya.
Momen itu juga mengingatkannya pada kenangan terbaiknya bersama DBL, yaitu final JRBL ketika ia masih SMP di tahun 2016 dan 2017. “Di DBL SMA aku nggak pernah sampai final, jadi pas lihat final di Indonesia Arena tuh kerasa nostalgia banget,” sambungnya.
Tak hanya atmosfer, Rafael juga menyorot hal yang menurutnya membuat DBL tetap spesial, yakni pride membela almamater.
“DBL itu beda, karena kita main buat sekolah, buat temen-temen, bukan buat diri sendiri,” katanya.
Baca Juga: Sorakan 750 Armada Bulungan Demi Satu Kebanggaan di Indonesia Arena
Menurutnya, dukungan sekolah, riuh suporter, dan semangat bareng teman satu angkatan adalah hal yang tidak ia temukan di kompetisi lain. “Pride-nya kerasa banget. Menurutku, itu yang membuat DBL selalu memorable.”
Saat ditanya apa yang paling ia rindukan, jawabannya sederhana. “Main di lapangannya sih. Kalau ada acara dan boleh turun main, aku mau banget dong, Kak,” ucapnya, pada kami. “Pokoknya aku mau banget ngerasain main di DBL, di acara apa pun deh.”
Di akhir wawancara, Rafael sempat berseloroh, “Kalau bisa diulang, aku mau DBL lagi. Tapi jangan ketemu Tritunggal dulu. Langsung ke final aja kalau bisa,” candanya.
Rafael pun menutup obrolan sambil senyuman bangga, karena meski tidak pernah sampai di final saat jadi pemain, hari itu ia akhirnya bisa merasakan euforia yang dulu hanya bisa ia bayangkan.
DBL mungkin hanya berlangsung beberapa pekan setiap musimnya. Tapi bagi sosok seperti Rafael, kenangannya akan menetap jauh lebih lama.
Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 digelar di 31 kota dan 22 provinsi se-Indonesia. Setiap tahunnya, DBL Indonesia memilih student athlete terbaik dari masing-masing kota untuk diseleksi menjadi DBL Indonesia All-Star melalui program DBL Camp.
Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 juga menampilkan AZA 3X3 Competition 2025-2026 dan Azarine DBL Dance Competition 2025-2026.
Semua pertandingan Honda DBL with Kopi Good Day 2025-2026 disiarkan live di channel YouTube DBL Play. Dua musim ini DBL didukung oleh produk kopi anak muda, Kopi Good Day. (*)
Baca Juga: Mengenal Kopi Good Day, Produk Kopi Anak Muda yang Banyak Rasa
Profil pemain ini bisa dilihat pada halaman di bawah ini (pengguna Android bisa lakukan scroll dengan double tap)
